Sabtu, 22 Oktober 2016

Makalah Hadits Tarbawi tentang Usia dan Tugas Belajar Mengajar

USIA DAN TUGAS BELAJAR MENGAJAR
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Hadis Tarbawi
Pembimbing : Dr. H. Matkur, M.SI.


Oleh Kelompok 4:
1.      Maulana Ishaq                         (T20151118)
2.      Intan Nurfarida Arifah                        (T20151096)
3.      Nur Intan Farida                     (T20151123)



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEPTEMBER 2016

KATA PENGANTAR
            Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang menaburkan kehidupan dengan sarat hikmah. Dengan limpahan rahmat, inayah dan ampunan-Nya, penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
            Shalawat dan salam senantiasa kita sanjungkan kepada manusia terbaik, Nabi Muhammad SAW, sang penerang umat, juga kepada keluarganya yang mulia, sahabatnya yang tercinta, dan umatnya yang setia hingga akhir zaman.
            Tidak lupa saya ucapkan kepada Dr. H. Matkur, M.SI. selaku dosen pembimbing mata kuliah HADITS TARBAWI dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca dan umumnya bagi teman-teman semua. Amin



                                                                                        Jember, 13 september 2015

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI..............................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................   1
A.    Latar Belakang.................................................................................   1
B.     Rumusan Masalah............................................................................   1
C.     Tujuan Penulisan..............................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................   2
A.    Hadits Tentang Usia Belajar dan hukumannya................................   2
B.     Hadits Tentang Tugas Belajar Mengajar..........................................   6         
BAB III PENUTUP...................................................................................   14
A.    Kesimpulan......................................................................................   14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................   15



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Usia belajar adalah usia sekolah atau usia anak kritis. Dalam hadits ada anjuran untuk memerintahkan anak melaksanakan shalat ketika berusia tujuh tahun, karena pada usia anak sudah mampu menerima perintah atau sudah paham menerima perintah tersebut. Kalau pada usia sebelumnya anak hanya ikut ikutan, pada usia ini sudah mulai mampu belajar shalat dengan baik. Konsekuensi anak yang telah mampu belajar shalat dengan baik berarti pula ia telah menerima hukuman jika meninggalkannya.
            Tugas belajar mengajar adalah tugas suci dan tugas kewajiban bagi semua orang. Orang yang belum tahu ilmu tugasnya wajib mencari atau belajar dari orang yang berilmu dan tugas orang yang berilmu adalah mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. Dalam bab ini kelompok kami akan menjelaskan tentang USIA dan TUGAS BELAJAR MENGAJAR. Semoga apa yang telah ditulis pemakalah menjadi ilmu yang bermanfaat. amiin
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana  Hadits Tentang Usia Belajar ?
2.      Bagaiman Hadits Tentang Tugas Belajar Mengajar?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mendeskripsikan Hadits Tentang Usia Belajar.
2.      Untuk mendeskripsikan Hadits Tentang Tugas Belajar Mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ (أخرجه أبو داود)[1]


1.      Kosakata
a.       مُرُوْا                   = Perintahlah
b.      أَوْلَادَكُمْ              = Anak-anak, jamak dari kata (ولد) anak laki-laki atau                                   perempuan.
c.       أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ   = Anak-anak berusia tujuh tahun, berumur tujuh tahun.
d.      وَاضْرِبُوْهُمْ          = Dan pukullah mereka, maksudnya diberi pelajaran.
e.       وَفَرِّقُوْا               = Dan pisahkan.
f.       فِى الْمَضَاجِعِ       = Jamak dari kata (مضجع) yang berarti tempat tidur.
2.      Terjemahan
            Dari ‘amr bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata : Rasulullah SAW bersabda: perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka masih berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal shalat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan mereka di tempat tidurnya. (HR. Abu Dawud)
3.      penjelasan
            Hadist menjelaskan bagaimana mendidik agama pada anak-anak. Pendidikan agama diberikan kepada anak sejak kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah-perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan ringan. Diantara perintah agama yang disebutkan dalam hadits ada tiga perintah melaksanakan sholat, perintah memberikan hukuman bagi pelangarannya dan perintah mendidik pendidikan seks.[2]
a.       Perintah shalat
            Orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan anak-anaknya diperintah Rasul SAW, agar perintah pada mereka melaksanakan shalat. Sabda beliau:
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ
Perintahlah anak-anakmu melaksanakn shalat sedangkan mereka berusia tujuh tahun.
            Perintah disini maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya perintah shalat sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak sebelum usia tersebut. Anak sejak usia empat tahun atau lima tahun sudah diajak orang tuanya melaksanakan shalat bersama-sama. Anak-anak melakukannya walaupun dengan cara ikut-ikutan atau menirukan gerakan-gerakan shalat.
            Dalam riwayat Imam Tirmidzi Rasulullah bersabda:
عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلاَةَ ابْنَ سَبْعِ سِنِينَ[3]
“Ajarkan anak shalat sedangkan ia berumur tujuh tahun.”
Hadits ini merupakan perintah mengajarkan anak tentang syarat, rukun, dan sunnah-sunnah dalam shalat.
b.      Memberikan Hukuman bagi Pembangkangnya
وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ
dan pukullah mereka karena tinggal shalat sedang mereka berusia 10 tahun.
            Hadits ini perintah memberikan hukuman bagi anak yang membangkang perintahatau melanggar larangan. Pukulan di sini maknanya adalah hukuman yang sesuai degan kondisi, bisa jadi yang dipukul adalah batinnya dengan cara di isolasi dan lain-lain.[4]
c.       Pendidikan Seks
وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
dan pisahkan mereka di tempat tidurnya.
            Perintah memisahkan tempat tidur antara mereka, dimaksudkan menghindari fitnah seks di tempat tidur, karena usia 10 tahun ini usia menjelang baligh atau menjelang usia remaja.
            Dalam hadits digabungkan antara perintah shalat dan perintah memisahkan mereka di tempat tidur memberikan pelajaran mereka agar memelihara perintah-perintah Allah secara keseluruhan dan memelihara hubungan baik antar sesama manusia.[5]
4.      pelajaran yang Dipetik dari Hadits
a.       kewajiban orang tua perintah shalat kepada anak-anaknya dan kewajiban mengajarkan ilmu-ilmu berkaitan dengan kewajiban shalat.
b.      Pendidikan secara tegas dalam masalah kewajiban dan perlunya hukuman dan hadiah dalam mandidik anak untuk memberikan motivasi belajar.
c.       Menjaga perkembangan anak dari hal-hal yang menimbulkan fitnah, terutama pada saat peralihan remaja atau masa pubertas.
d.      Usia kritis (tamyiz) dan usia sekolah tujuh tahun dan usia pubertas awal menjelang baligh berusia sepuluh tahun.
5.      Biografi Singkat Perawi Hadits
            Imam Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi An Naisaburi, seorang Ahli Hadits yang termasyur, penyusun kitab Hadits yang terkenal dengan nama “SHAHIH MUSLIM” beliau dilahirkan di Naisaburi pada tahun 202 H. Bersamaan dengan tahun 817 M. Seorang turunan suku bani Qusayair yang ternama di tanah arab.
            Imam Muslim telah mengumpulkan hadits sebanyak 300.000 Hadits. Kitab yang disusun oleh Imam Muslim, selain dari kitab SHAHIH MUSLIM yang terkenal menjadi pusaka bagi umat Islam dari zaman ke zaman, juga kitab-kitab AL MUSNADUL KABIR, AL JAMI’UL KABIR, AL ‘ILAL, AUHAMUL MUHADDITSIN, AT TAMYIZ dan lain-lain.
            Beliau meninggal di Naisabur tahun 261 H. Bersamaan dengan tahun 875 M. Dan dimakamkan di Nasrabad sebuah kampung dekat naisabur.[6]

عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مَالِكٌ، أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا، فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدِ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا - أَوْ قَدِ اشْتَقْنَا - سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا، فَأَخْبَرْنَاهُ، قَالَ: ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ - وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لاَ أَحْفَظُهَا - وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ (رواه البخاري)[7]
1.      Kosakata
a.       شببة                  = para pemuda.
b.      متقاربون          = berdekatan dalam usia, sebaya atau seusia.
c.       فاقمنا             = maka kami tinggal, kami mukim.
d.      رفيقا                  = kasih sayang dan santun.
e.       قد اشتهينا        - sungguh kami berkeinginan.
f.       قد اشتقنا           = sungguh kami merindukan.
g.      فأقيموا فيهم       = maka tinggallah bersama mereka.
h.      فليؤذن               = maka hendaklah mengumandangkan adzan.
i.        ثم ليؤمكم           = dan hendaklah menjadi imam.
j.        أكبركم               = orang yang paling besar atau tua usianya.
2.      Terjemahan
            Dari Abi Qilabah berkata; memberitakan kepada kami Malik (bin al-Huwayrits) r.a. berkata: “Kami datang kepada Rasulullah SAW kami beberapa pemuda yang sebaya usia dan tinggal bersama Beliau selama dua puluh hari. Beliau adalah seorang yang penyayang dan pengasih. Ketika .Beliau mengira bahwa kami telah menginginkan bertemu dengan keluarga atau merindukannya, Beliau bertanya tentang keluarga yang kami tinggalkan, dan setelah kami beritahu tentang hal itu Beliau bersabda: “Pulanglah kamu kepada keluargamu tinggallah bersama mereka dan ajarkanlah kepada mereka shalat serta perintahlah mereka untuk taat — dan Beliau menyebutkan beberapa hal yang aku hafal atau yang aku tidak hafal—, shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat, apabila datang waktu shalat hendakiah adzan salah satu di antara kamu dan hendaklah menjadi imam yang tartua di antara kamu.” (HR.Bukhari).
3.      Penjelasan
            Hadits menjelaskan bagaimana kesungguhan para sahabat dalam mencari ilmu dan belajar ilmu dari Rasulullah SAW, sekalipun mereka datang dari tempat yang jauh tidak menghalangi belajar.
            Nabi bertanya langsung tentang keadaan mereka. Setelah diberitahu keadaan yang sesungguhnya Nabi memaklumi hal itu dan mereka dipersilakan pulang. Begitulah di antara akhlak Beliau Rasullah dengan para sahabat yang akrab dan simpatik banyak bertanya tentang keadaannya dan keadaan keluarga. Begitu dekatnya hubungan antara guru dan murid atau antara pimpinan dan yang dipimpin yang penuh kasih sayang dan kekeluargaan.
            Ada beberapa hal yang dipesankan Rasulullah kepada para sahabat yang telah belajar dengan Beliau, sebagai berikut:
a.       Pulang Kembali ke Daerah dan Mengajar
إِرْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ، وَمُرُوهُمْ
“Pulanglah kamu kepada keluargamu tinggallah bersama mereka dan ajarkanlah kepada mereka shalat serta perintahlah mereka untuk taat,
Pulang ke daerah asal adalah merupakan salah satu alternatif dan solusi bagi mereka yang sudah merindukan keluarga. Beliau mempersilahkan para sahabat yang telah menyelesaikan belajar boleh pulang kembali ke daerah asal.
            Kemudian kalau sudah pulang ke daerah asal, karena mereka sebagai delegasi tidak boleh diam, hendaknya mereka tinggal bersama keluarga dan masyarakat. Kemudian ajarkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh dari Nabi Muhammad SAW.
            Sedangkan pengajar memiliki tugas-tugas khusus yang diantaranya:
1)      Membimbing si terdidik
Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat minat dan sebagainya.
2)      Menciptakan situasi untuk pendidikan
Situasi pendidikan, yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baikdan hasil yang memuaskan.
            Tugas lain ialah memiliki pengetahuan yang diperlukan, pengetahuan-pengetauan keagamaan, dan lain-lainnya.[8]
b.      Shalat yang benar
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
            Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat.
                        Shalat harus dilaksanakan dengan benar, yakni dilaksanakan secara sempurna dengan memerhatikan syarat, rukun, dan adab-adabnya. Ini salah satu metode pembelajaran shalat yang dilakukan oleh Nabi SAW yaitu metode demonstrasi, dimana Beliau mendemonstrasikan pelaksaan shalat dihadapan para sahabat atau para sahabat melihat, memerhatikan dan menirukan cara Nabi shalat setiap waktu di masjid.
c.       Adzan dan Shalat Berjamaah
فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ
apabila datang waktu shalat hendakiah adzan salah satu di antara kamu.
      Disini adzan berfungsi sebagai petunjuk waktu shalat telah tiba, di samping ajakan melaksanakan shalat berjamaah.
وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ
Dan hendaklah menjadi imam yang tartua di antara kamu.
Dalam memilih imam shalat berjamaah, yang didahulukan adalah yang banyak hafalan atau bacaan Al-Qur’annya, kemudian yang paling alim agama dan terakhir paling tua usianya. Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan imam Muslim.
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ، فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً، فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ، فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ سِنًّا، وَلَا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ، وَلَا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ (رواه مسلم)
Dari Abi Mas’ud Al-Anshari berkata: Rasulullah bersabda: Orang yang terpilih menjadi imam bagi kaum adalah orang yang paling bagus bacaan Al Qur’annya. Jika bacaan Al-Qur’an mereka sama maka yang didahulukan adalah yang paling alim sunah di antara mereka. Jika pengetahuan sunahnya sama maka yang didahulukan orang yang lebih dahulu hijrah ke Madinah di antara mereka. Jika hijrahnya sama, maka yang didahulukan adalah yang Iebih tua usia mereka. Sungguh tidak boleh menjadi imam seseorang terhadap orang lain dalam wilayah kekuasaannya dan tidak boleh duduk seseorang di rumah orang lain sebagai penghormatan melainkan dengan izinnya. (HR. Muslim)[9]
4.      Pelajaran yang dipetik dari hadits
a.       Kewajiban ke luar dari rumah atau merantau dalam mencari ilmu jika di dalam negerinya tidak ada yang sanggup mengajar atau tidak ada jenjang yang lebih tinggi atau tidak ada jurusan yang didalaminya, baik yang berkaitan dengan ilmu fardu ain maupaun fardu kifayah.
b.      Sunnah bertanya bagi seorang pimpinan atau seorang guru kepada anak buah atau anak didiknya tentang keadaannya dan keadaan keluarganya.
c.       Kasih sayang seorang guru terhadap muridnya sangat diperlukan sekalipun murid-murid itu sudah berusia remaja.
d.      Keharusan pulang kedaerah asal setelah sukses belajar dalam tugas belajar ke luar daerah.
e.       Kewajiban mengajar, amar ma’ruf nahi mungkar dan memimpin masyarakat setelah pulang dan terjun ke masyarakat terutama dalam keagamaan.
f.       Mendahulukan yang lebih tua usia dalam imamah jika sama dalam pengetahuan atau yang lebih alim jika usianya sama
5.      Biografi singkat Perawi hadits
            Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu AbdillahMuhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdzbah Al-Ju’fiy Al-Bukhari. Beliau lebih dikenal dengan nama Bukari. Beliau lahir pada hari jum’at, tepatnya pada tanggal 13 syawal 194 H (21 Juli 810 M).
Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi.
            Beliau mempunyai banyak karya, diantaranya; Qudhaya as Shahabah wat Tabi’in, At Tarikh,Al-Adab al Mufrad yang paling monumental adalah kitab Al-Jami’ as-Shahih yang lebih dikenal dengan nama SHAHIH BUKHARI. Beliau wafat pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari.[10]

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Perintah shalat kepada anak berumur tujuh tahun dimaksudkan latihan dan pembiasaan shalat, karena pada usia ini anak telah mencapai usia kritis (mumayiz) sudah mampu belajar dan berlatih shalat. Pada usia 10 tahun pembelajaran shalat semakin ditingkatkan karena semakin dekat dengan usia baligh yang sudah diwajibkan melaksanakan shalat. Adanya hukuman dan hadia pada usia ini supay anak termotivasi dalam melaksanakan perintah Allah. Pendidikan seks juga diperlukan pada usia ini agar tidak terjadi penyimpangan seksual.
            Sistem pendidikan sudah pernah dilaksanakan masa Rasulullah yaitu sejumlah orang sahabat dari Bashrah yang dikirim tugas belajar bersama Rasulullah SAW selama 20 hari.  Disitu mereka belajar secara langsung sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Setelah tercukupi pembekalan kaderisasi sunnah dan terasa mereka sudah merindukan keluaraga diperkenankan pulang ke daerahnya. Tugas mereka setelah pulang ke daerahnya adalah mengajarkan ilmu yang telah di peroleh dari Nabi, shalat yang benar sebagaimana Nabi mengajarkan shalat, adzan, shalat berjamaah.
           



DAFTAR PUSTAKA
Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. 2015, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Sulaiman, Abu Daud. Sunan Abi Daud. 889, Beirut: Maktabah Ashriyah
Muslim. Terjemah Shahih Muslim. 1978, Jakarta: Bulan Bintang
Ihsan, Hamdani & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam. 2007, Bandung: Pustaka Setia
al-Bukhari, Abu Abdillah, shahih Bukhari, 1422, Jakarta; Bulan Bintang
Turmudzi,Abu Musa, Al-jami’ Al-kabir Sunan Turmudzi, 1998, Beirut, maktabah syamilah
Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abi Daud, 889, Beirut, Maktabah Ashriyah



[1] Abu Daud Sulaiman, Sunan Abi Daud, (Beirut, Maktabah Ashriyah;889), hal, 133
[2] Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi (Jakarta : kencana Prenadamedia Group : 2015), hal,263
[3] Abu Musa Turmudzi, Al-jami’ Al-kabir Sunan Turmudzi, (Beirut, maktabah syamilah,1998), hal, 526
[4] Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi (Jakarta : kencana Prenadamedia Group : 2015), hal,265
[5] Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi (Jakarta : kencana Prenadamedia Group : 2015), hal, 267
[6] Imam Muslim, Terjemah Shahih Muslim, (Jakarta; Bulan Bintang, 1978), hal, 7
[7] Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Jakarta; Bulan Bintang, 1422), hal, 128
[8] Hamdani & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2007) hal, 94
[9] Imam Muslim, Terjemah Shahih Muslim, (Jakarta; Bulan Bintang, 1978), hal,  214
[10] Abu Abdillah Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Jakarta; Bulan Bintang, 1422), hal, 5



terima kasih telah membaca artikel Hadits Tarbawi tentang tugas dan usia belajar mengajar, semoga ilmu yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semua,, aminn......... jangan lupa post komentarnya, untuk perbaikan dimasa selanjutnya, terima kasih.